Perjuangan WNI Parti Liyani Menangkan Keadilan Lawan Bos Besar di Singapura


 Parti Liyani adalah seorang pekerja rumah tangga asal Indonesia berpendapatan 600 dolar Singapura atau sama dengan Rp 6,5 juta satu bulan. Dia kerja untuk keluarga kaya di Negeri Singa.

Meramal Angka Keluaran Togel Hongkong

Majikannya ialah Liew Mun Leong, seorang pebisnis serta pendiri beberapa usaha di Singapura serta bos dari beberapa perusahaan paling besar di negara itu.


Satu hari, keluarga Liew mendakwa Parti mengambil. Mereka menyampaikannya ke polisi. Parti didakwa mengambil tas eksklusif, pemutar DVD, serta beberapa pakaian mahal.


Laporan keluarga kaya ini mengundang perhatian publik Singapura, sesudah Parti Liyani divonis dibebaskan pada awal September.


"Saya benar-benar suka pada akhirnya saya bebas," tuturnya ke wartawan lewat seorang penerjemah, seperti diambil dari situs BBC, Rabu (23/9/2020).


"Saya sudah berusaha semasa empat tahun."


Tapi masalahnya sudah memunculkan pertanyaan mengenai ketidaksetaraan serta akses pada keadilan di Singapura, dengan beberapa yang menanyakan bagaimana ia dapat dipastikan bersalah pada pengadilan tingkat awal.


Parti pertama-tama mulai kerja di dalam rumah Liew Mun Leong pada 2007, dimana beberapa bagian keluarga termasuk juga putranya Karl Liew tinggal.


Pada Maret 2016, Karl Liew serta keluarganya geser dari rumah serta tinggal dalam tempat lain.


Dokumen pengadilan yang menguraikan posisi peristiwa menjelaskan jika Parti diharap untuk bersihkan rumah serta kantor baru Karl Liew pada seringkali -- yang menyalahi ketentuan ketenagakerjaan ditempat, yang awalnya ia keluhkan.


Beberapa waktu selanjutnya, keluarga Liew memberitahu Parti jika ia dikeluarkan, sebab diduga mengambil barang mereka.


Tapi saat Karl Liew memberitahu Parti jika kerjanya diputus, Parti menjelaskan ke Karl, "Saya ketahui kenapa. Anda geram sebab saya menampik untuk bersihkan toilet Anda."


Parti dikasih waktu dua jam untuk mengepak barang-barangnya ke beberapa kotak yang akan dikirim ke Indonesia. Ia terbang kembali pada rumah di hari yang serupa.


Waktu berkemas, ia memberikan ancaman akan mengadu pada pihak berkuasa Singapura mengenai diharap untuk bersihkan rumah Karl Liew.


Keluarga Liew lantas putuskan untuk memeriksa beberapa barang yang akan dikirim sesudah kepergian Parti, serta mengakui mereka mendapatkan beberapa barang punya keluarga di kotak-kotak itu. Liew Mun Leong serta putranya ajukan laporan polisi pada 30 Oktober.


Parti menjelaskan tidak paham mengenai ini. Sampai lima minggu selanjutnya saat Parti terbang ke Singapura untuk cari pekerjaan baru, dia diamankan di saat kehadiran.


Tidak bisa kerja sebab ia ialah subyek proses pidana, Parti tinggal di penampungan pekerja migran serta tergantung pada mereka untuk memperoleh pertolongan keuangan waktu masalah itu bersambung.


Parti didakwa mengambil beberapa barang dari Liew termasuk juga 115 potong baju, tas eksklusif, pemutar DVD serta arloji Gerald Genta. Keseluruhannya, beberapa barang itu berharga 34 ribu dolar Singapura atau sama dengan Rp 367 juta.


Semasa persidangan, ia memiliki pendapat jika beberapa barang yang dicuri ialah barang kepunyaannya, beberapa barang yang ia dapatkan, atau beberapa barang yang tidak ia kemas ke kopernya.


Pada 2019, hakim area putuskan ia bersalah serta jatuhkan hukuman 2 tahun dua bulan penjara. Parti putuskan untuk ajukan banding atas ketetapan itu.


Masalah ini bersambung sampai awal bulan ini saat Pengadilan Tinggi Singapura pada akhirnya membebaskannya.


Hakim Chan Seng Onn mengaitkan jika keluarga itu mempunyai "pola yang tidak pas" dalam ajukan tuntutan terhadapnya, dan juga mengidentifikasi beberapa permasalahan berkaitan bagaimana polisi, jaksa penuntut, serta hakim area mengatasi masalah itu.


Ia menjelaskan ada fakta untuk yakin jika keluarga Liew sudah ajukan laporan polisi terhadapnya untuk menghentikannya ajukan keluh kesah mengenai dikirim dengan cara ilegal untuk bersihkan rumah Karl Liew.


Hakim menulis jika banyak barang yang disangka dicuri oleh Parti sebetulnya telah rusak. Seperti arloji yang mempunyai tombol yang hilang serta dua iPhone yang tidak berperan serta menjelaskan "tidak biasa" untuk mengambil beberapa barang yang tidak berperan.


Pada sebuah contoh, Parti didakwa mengambil pemutar DVD, yang tuturnya sudah dibuang oleh keluarga itu sebab tidak berperan.


Jaksa selanjutnya mengaku jika mereka mengetahui mesin itu tidak bisa memutar DVD, tapi tidak mengutarakan ini semasa persidangan serta dapat dibuktikan berperan dengan lain. Ini mendapatkan kritikan dari Hakim Chan jika mereka memakai "tehnik sulap yang paling bikin rugi terdakwa".


Disamping itu, Hakim Chan menanyakan integritas Karl Liew untuk saksi.


Liew yang bertambah muda mendakwa Parti mengambil pisau merah muda yang disangka dibelinya di Inggris serta dibawa kembali pada Singapura pada 2002. Tetapi dia selanjutnya mengaku jika pisau itu mempunyai design kekinian yang mustahil dibuat di Inggris sebelum 2002.


Ia mengakui jika beberapa item baju, termasuk juga baju wanita, yang diketemukan dalam pemilikan Parti sebetulnya ialah kepunyaannya -- tapi selanjutnya tidak bisa mengingat apa ia mempunyai sebagian dari barang itu.


Saat diberi pertanyaan semasa persidangan kenapa ia mempunyai baju wanita, ia katakan ia senang cross-dressing, serta klaim itu dipandang hakim tidak dapat dipercayai.


Hakim Chan menanyakan aksi yang diambil polisi yang tidak berkunjung ke atau lihat tempat pelanggaran sampai seputar lima minggu sesudah laporan awal polisi dibikin.


Polisi pun tidak tawarkan penerjemah yang dapat berbahasa Indonesia, serta justru tawarkan penerjemah yang dapat berbahasa Melayu, bahasa yang lain tidak biasa dipakai Parti.


"Benar-benar mencemaskan sikap polisi dalam langkah mereka mengatasi penyidikan," kata Eugene Tan, Profesor Hukum di Kampus Manajemen Singapura ke BBC News.


"Hakim area nampaknya sudah berprasangka jelek pada masalah itu serta tidak berhasil tentukan dimana polisi serta jaksa."


Masalah ini sudah mengundang perhatian masyarakat Singapura dimana beberapa kemarahan berpusat pada Liew serta keluarganya.


Banyak yang memandang masalah ini untuk contoh orang kaya serta elit yang menindas orang miskin serta tidak berkapasitas, serta hidup dengan ketentuan mereka sendiri.


Walau keadilan selanjutnya menang, antara sebagian orang Singapura, hal tersebut sudah mengguncangkan kepercayaan yang telah lama digenggam pada keadilan serta ketidakberpihakan skema.


"Belumlah ada masalah semacam ini dalam daya ingat akhir-akhir ini," kata Prof Tan.


"Ketidakberhasilan skemaik yang terlihat dalam masalah ini sudah mengakibatkan kegelisahan publik. Pertanyaan yang tampil di pikiran beberapa orang ialah: Bagaimana bila saya ada di tempatnya? Apa akan diselidiki dengan cara adil serta dipandang dengan cara tidak berpihak?


Jika Liew bisa membuat polisi serta pengadilan tempatnya bertambah rendah sebab dakwaan palsu sudah memunculkan pertanyaan yang resmi masalah cek and balances yang ideal."


Mengejar protes publik, Liew Mun Leong memberitahukan pemunduran dianya dari kedudukannya untuk ketua beberapa perusahaan berprestise.


Dalam satu pengakuan, ia menjelaskan ia "menghargai" ketetapan Pengadilan Tinggi serta mempunyai keyakinan pada skema hukum Singapura.


Tetapi ia bela ketetapannya untuk bikin laporan polisi, dengan menjelaskan: "Saya benar-benar percaya jika ada keraguan lakukan kekeliruan, itu ialah pekerjaan warga kita untuk memberikan laporan permasalahan itu ke polisi".


Karl Liew masih diam serta belum meluncurkan pengakuan apa saja mengenai permasalahan itu.


Masalah ini sudah menyebabkan pemeriksaan proses polisi serta penuntutan. Menteri Hukum serta Dalam Negeri K Shanmugam mengaku "ada yang tidak beres dalam serangkaian peristiwa".


Apakah yang dilaksanakan pemerintah setelah itu akan dipantau dengan ketat sekali. Bila tidak berhasil penuhi tuntutan masyarakat Singapura untuk "akuntabilitas yang semakin besar serta keadilan skemaik", ini bisa ke arah pada "pemahaman yang menggerogoti jika elit tempatkan keperluannya di atas kebutuhan warga," catat pengamat Singapura Donald Low dalam esai belakangan ini.


"Pokok dari pembicaraan ialah apa elitisme sudah merembes ke skema serta ungkap kerusakan dalam skema kepribadian kita," kata bekas jurnalis PN Balji dalam tanggapan terpisah.


"Bila ini tidak diperuntukkan untuk kenikmatan, karena itu pekerjaan pembantu, pengacara, aktivis serta hakim akan percuma."


Masalah itu menyorot permasalahan akses pekerja migran pada keadilan. Parti dapat tinggal di Singapura serta perjuangkan masalahnya sebab suport dari organisasi non-pemerintah Home, serta pengacara Anil Balchandani, yang melakukan tindakan pro bono tapi memprediksi ongkos hukumnya akan capai 150 ribu dolar Singapura atau sama dengan Rp 1,6 miliar.


Balchandi serta Parti sudah perjuangkan masalah ini sepanjang tahun. Singapura memang sediakan sumber daya hukum buat pekerja migran, tapi sebab mereka umumnya jadi pelacak nafkah tunggal keluarga mereka, beberapa dari mereka yang hadapi aksi hukum sering putuskan tidak untuk mempersoalkan masalah mereka, sebab mereka tidak mempunyai kemewahan untuk pergi beberapa bulan atau serta sekian tahun penghasilan, menurut Home.


"Parti diwakilkan dengan tegas oleh pengacaranya yang berusaha dengan gigih menantang kemampuan negara. Asimetri sumber daya hukum benar-benar menonjol," kata Prof Tan.


"Itu ialah pertempuran David versi Goliath -- dengan David ada untuk juara."


Mengenai Parti menjelaskan jika ia saat ini akan kembali pada rumah.


"Saat ini permasalahan saya hilang, saya ingin kembali pada Indonesia," tuturnya saat interviu media.


"Saya maafkan majikan saya. Saya cuma ingin memberitahu mereka tidak untuk lakukan hal sama ke pekerja lain."


Tekait masalah Parti Liyani, Kementerian Luar Negeri RI sampaikan beberapa hal. Berikut dikatakan dalam satu launching yang diterima Liputan6.com:


1. Parti Liyani (PL) diamankan pada 2 Desember 2016. Yang berkaitan didakwa mengambil barang majikan sejumlah SGD 50.856 atau seputar Rp 550.000.000.


2. PL sudah kerja dengan keluarga Sdr. Liew Mun Leong, Chairman Changi Airport Grup semasa 9 tahun semenjak tahun 2007 sampai 2016.


3. KBRI Singapura sudah ada serta mengikuti Parti Liyani (PL) baik di State Court atau High Court Singapura untuk pastikan PL memperoleh semua hak-haknya dalam skema peradilan di Singapura. KBRI kerja erat dengan pengacara pro bono serta LSM HOME dlm memberi pendampingan hukum.


4. Persidangan Banding tanggal 4 September 2020 serta sidang di State Court tanggal 8 September 2020, hakim melepaskan PL dari semua tuduhan perampokan.


5. Sekarang ini, sesuai dengan Criminal Procedure Kode Singapura, pengacara sedang mengusahakan kompensasi buat Parti Liyani.


6. Masalah ini jadi pelajaran yang baik supaya PMI terus persisten serta tidak menyerah dalam hadapi proses hukum bila memang tidak bersalah. "Knowing your rights" ialah kunci penting pelindungan.


Pemerintah Singapura memberitahukan negaranya alami perkembangan ekonomi minus 41,2% pafa kuartal II 2020. Lantas apa krisis Singapura berefek pada ekonomi Indonesia?


Postingan populer dari blog ini

Macron says ‘nothing ruled out,’ including using Western troops

Satellites detect no real climate benefit

‘5,000 little detective stories’ helped recreate Charles Darwin’s eclectic library